Tentu anda bisa membayangkan betapa mahalnya biaya kalau pasien dirawat diruang super VIP. Begitu juga kalau pasien dirawat diICU, apalagi dirawat diICU super VIP diRS swasta terkenal. Hanya pasien kelas atas yang mungkin bisa dirawat disana.
Belum lama ini ada seorang pasien wanita umur 60 tahun masuk RS dengan keluhan nyeri perut hebat. Pasien juga demam tinggi, dan muntah-muntah. Kondisi lemah dan tekanan darah rendah. Keadaan yang berat ini membuat pasien harus dirawat diruang ICU. Seperti yang diketahui umum, Di ICU keluarga pasien, tidak boleh menunggui pasien didalam ruangan. Kecuali VIP dan super VIP ICU, keluarga boleh ada yang menemani pasien didalam ruangan. Sesuai permintaan keluarga, si ibu dirawat di ICU super VIP, sehingga anak-anaknya bisa selalu disamping ibu tercinta.
Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan, ternyata pasien menderita pankreatitis akut dengan komplikasi gangguan fungsi ginjal akut dan memerlukan cuci darah. Semua tindakan dan obat-obatan yang perlu diberikan disetujui oleh anak-anaknya. Tidak sedikitpun mereka mempersoalkan biaya. Nampaknya pasien itu benar-benar dari kalangan ekonominya kelas atas.
Setelah beberapa hari, kondisi si ibu mulai membaik. Kepanikan keluarga sudah berkurang. Sa'at ngobrol dengan anak pasien, mereka menanyakan apakah penyakit ibunya berhubung dengan pekerjaan fisik yang terlalu berat dan istirahat yang kurang. Memang, secara tidak langsung ada hubunganya, kondisi fisik yang terlalu lelah, daya tahan tubuh akan berkurang dan gampang terjadi berbagai penyakit.
Ketika ditanyakan pekerjaan berat apa yang dilakukan siibu, anaknyapun bercerita apa adanya. Ternyata pekerjaan ibu itu tukang sapu jalanan. Pekerjaan yang sudah dilakoninya sejak puluhan tahun lalu, sejak suaminya meninggal dunia sedangkan anak-anaknya 4 orang masih kecil-kecil. Ibu mereka bekerja keras demi anak-anaknya.
Melihat kondisi keluarga yang sulit dan didikan yang sangat baik dari si ibu, anak-anaknyapun tumbuh menjadi orang-orang yang kuat, mandiri dan bertanggung jawab. Kondisi ekonomi yang serba kekurangan bukan penghalang bagi anak-anaknya untuk meraih cita-cita.
Penghasilan si ibu sebagai tukang sapu jalanan tentulah tidak cukup untuk membiayai kuliah. Untuk memenuhi keperluan, mereka kuliah sambil kerja, hidup hemat dan saling membantu. Semua anaknya berhasil menyelesaikan pendidikan sampai sarjana semuanya.
Anak-anak sudah berhasil, tapi mengapa si ibu masih juga menyapu jalan setiap hari ? Tentu timbul pertanyaan tersebut dalam pikiran kita. Ternyata si ibu benar-benar mencintai pekerjaanya, begitu menyatu dengan jiwanya. Bukan harta yang membuat dia senang. Dia akan merasa senang dan puas jika dirinya masih berguna bagi orang banyak dan bagi lingkunganya. Dia merasa senang bisa berkumpul dengan teman-teman sesama tukang sapu jalanan.
Patut juga diacungkan jepol buat anak-anaknya, walaupun ibu mereka hanya tukang sapu jalanan, mereka sangat santun dan sayang terhadap ibunya. Tidak sedikitpun mereka malu mengakui itulah ibunya, itulah pekerjaan ibunya. Sebagian anak malu mengakui orang tuanya sendiri jika kondisi orang tuanya tidak seperti yang mereka inginkan.
Kesuksesan seseorang tidak tergantung dari kemampuan ekonomi keluarga untuk menyokong pendidikan. Sudah banyak bukti, orang sukses berasal dari keluarga sederhana bahkan keluarga miskin. Bagi yang berasal dari keluarga kurang mampu, jadikanlah ketidak mampuan keluarga kita sebagai cambuk untuk mencapai kesuksesan. Sedangkan bagi yang berasal dari kalangan berada, jadikan kisah sukses mereka yang kurang mampu ini sebagai pemacu semangat agar jangan sampai kita kalah dari mereka yang hidupnya cuma pas-pasan.
Semoga Bermanfa'at
No comments:
Post a Comment