eduplikat.blogspot.com
Malang jika ada ‘ penggiat pembohongan/hoax ‘ di Indonesia,yang
bersandar kepada propaganda Nazi dijamanya Hitler,yang mengatakan “ sebarkan
kebohongan berulang-ulang kepada masyarakat umum. Kebohongan yang disebarkan
berulang-ulang akan membuat masyarakat umum percaya “.
Melihat kepada tren yang yang ada sekarang,terdapat seorang individu tertentu kerjaanya hanya berbohong
dan menciptakan cerita bagi memburuk-burukan pihak lainya terutama pemerintah.
Sehingga kesaat ini,bukan sedikit cerita bohong yang direkanya masuk
kekehidupan masyarakat. Ada sebilangan masyarakat yang terus termakan
pembohongan itu manakala sebagianya lagi sudah tidak memperdulikanya. Ini
disebabkan,begitu sering reka cerita diciptanya,dalam masa singkat dia selalu
sering berbohong dan fitnah semata-mata.
Anehnya,jika pihak yang difitnah muncul memperjelaskan
keadaan,individu ini dengan tenangnya sambil berkata “ oh,salah rupanya...”.
pantang pula baginya untuk memohon maaf kepada pihak yang difitnahnya. Tidak
taulah jenis apa atau nama yang sesui untuk diberikan gelar kepada spesies
makhluk seperti yang dimaksud itu. Panggilah apa saja,namun apapun
panggilanya,ternyata segala tindakan dan sikap buruk individu seperti itu bisa
merusak dan mengelirukan pemikiran orang banyak. Seorang individu yang bisa
dianggap sudah ada nama dalam dunia perpolitikan Indonesia,tidak pernah jemu
dari mencoba ‘menyogok’ masyarakat dengan
cerita palsu dan fitnah.
Malah masyarakat umun sudah mengetahuinya senerai panjang
cerita-cerita kebohongan individu itu. Jumblahnya sudah berpuluh kali,bahkan
lebih. Namun,oleh karena sikap ‘angkuh’ terhadap kebohongan ini,individu ini
tetap mengulangi perangainya yang sama.
Alasan individu yang dimaksud itu mungkin sebab ‘muslihat
politik’. Apa yang dilakukanya adalah untuk ‘mengelirukan dan menarik
perhatian’ masyarakat,agar seolah-olah dia peduli. Tetapi tidak sadarkah
individu itu tentang nilai adab dan kesopanan manusia? Dan tidak takutkah
tindakanya itu ‘mengganggu’ masyarakat seperti itu kelak akan mendapat balasan
diakherat?.
Kata pantun orang minang ; “ siakap sinobong,gelama ikan
duri,bercakap bohong lama-lama mencuri...” . istilah mencuri dalam konteks
pantun ini tidak semestinya bermaksud sebagai pencuri harta benda. Tetapi bisa
dikaitkan dengan mencuri
‘kedamaian,kehamonisan dan kesejahteraan masyarakat atau rakyat.
Sudah banyak disebutkan oleh orang-orang pandai kata-kata
seperti ini; “ tujuan tidak seharusnya menghalalkan segala cara “.
Artinya,segala tindakan yang dibuat setidak-tidaknya perlu mempertimbangkan
hukum adat dan agama,perlu diingat tentang mati dan balasan. Apa harga yang dia
dapat oleh seorang pembohong jika kebohonganya nanti bisa memporak-porandakan
masyarakat? Membunuh keharmonisan? Dan memusnahkan kestabilan negara.
Artikel yang lainya juga disini
Seseorang yang pantas dipilih sebagai pemimpin,tentulah yang
harus mempunyai kepribadian tinggi dan senantiasa menjauhkan diri dari bersikap
suka berbohong dan mengelirukan pikiran rakyat. Kredibilitas atau harga
diri,apalagi yang tersisa bagi seorang yang suka berbohong?. Lebih dahsyat lagi
jika kebohongan itu dipercaya pihak luar negri. Tindakanya itu bisa memburukan
nama negara sendiri. Investasi asing yang masuk kenegara ini juga bisa
berdampak buruk. Minat pelancong berkunjung kenegara ini juga mungkin terjejas
karena rasa takut.
Kebohongan itu tidak pernah menjanjikan kebaikan kepada
siapa pun. Jadi berwaspadalah dengan fenomina pembohongan atau hoax terutamanya
dimusin pilkada serentak ini dan ditahun pemilu nanti. Berpijaklah pada
kenyataan dan berpandulah pada realiti.
No comments:
Post a Comment