Foto carian google.com
Dunia politik
memang keras,tak kenal teman tak kenal lawan. Semuanya bergerak untuk saling
mengalahkan dengan cara masing-masing untuk memperebutkan kursi empuk
pemerintahan. Perang pengaruh selalu
mewarnai kampanye politik ketika tiba waktunya masyarakat untuk memilih
pemimpinya saat pemilu dilaksanakan. Kata orang,disaat itulah lumbung mencari
nafkaf yang senang bagi orang yang memanfaatkan keuntungan adanya pesta
demokrasi tersebut.
Sudah lama kita tau
negara tetangga kita yang menganut politik sistem demokrasi monarki,atau Raja
berperlembagaan. Sama seperti Inggris dan Australia,mungkin karena Malaysia
dulunya dapat kemerdekaanya dari Inggris atau Britis. Jadi mungkin dengan
pertimbangan pada masa itu orang-orang yang ingin memerdekakanya mengikut gaya
pemerintahan Inggris.
Baca juga: Surat buat Sri Mulyani
Kendali utama
pemerintah berada ditangan Raja atau Yang Dipertuan Agung (yang dipertuan agung,bergiliran diantara 14 sultan yang ada
dimalaysia),termasuk komando angkatan bersenjatanya. Sebagai Raja berperan
hanya mengayomi masyarakatnya,Raja tidak banyak berperan dalam menjalankan roda
pemerintahan,terkecuali hal ehwal masyarakat,terkadang Raja ikut memberi
pandangan untuk mencari jalan penyelesaianya.
Roda pemerintahan
dikendalikan oleh seorang Perdana Mentri (PM) melalui Demokrasi atau
pemilu,dimana masyarakatnya memilih siapa-siapa orang yang mereka inginkan
duduk dipemerintahan,baik dilegislatif maupun dieksekutufnya. Pada tahun ini
mau tidak mau Perdana Mentri Malaysia (Najib
Tun Abdul Rajak) untuk mengadakan pemilihan umum,karena menurut
Undang-Undang yang berlaku,parlemen akan bubar dengan sendirinya jika sudah
lima tahun keberadaanya dari pemilihan umum sebelumnya. Oleh sebab itu semua
partai politik dimalaysia sekarang sudah meraba-raba bulan dan tanggalnya untuk
pesta demokrasi tersebut,sebab kalau tahun sudah pasti 2018 menurut perhitungan
pemilihan yang lalu,jadi tinggal menunggu keputusan Perdana Mentri saja untuk
mengumumkan tanggal dan bulan yang ia tetapkan untuk pemilihan umum tersebut.
Semenjak Partai UMNO
silih berganti pucuk pemimpinya,suasana perpolitikan dimalaysia terasa
meningkat panas,apalagi ketika pemilihan umum 2013 yang lalu,dua negri lepas
dari kekuasaan BN (barisan nasional)
gabungan partai yang berkuasa saat ini. Dua Negri itu dikuasai oleh partai
gabungan lawan pemerintah,maka dari itu setelah 2013 banyak sekali
gesekan-gesekan politik yang terjadi diantara kedua negri tersebut dengan
pemerintah pusat.
Mulali dari situlah
Najib Tun Abdul Rajak (PM) yang mengomandoi Barisan Nasional (BN) diuji
kredibilitasnya apalagi dua tahun terahir ini Najib sering digadang-gadang
tersakut banyak perkara yang tidak baik. Walaupun semuanya masih belum
terbukti,tapi setidaknya bagi pihak lawan-lawan politiknya hal itu akan
dijadikan senjata untuk menyerangnya. Ditambah lagi mantan Perdana Mentri ( Tun Dr Mahatir Muhammad ) yang suatu
ketika mengomandoi UMNO,kini berbalik arah menjadi pengkritik tajam
pemerintahanya Najib sekarang bersama-sama dengan Tan Sri Muhyidin Yasin yang
suatu ketika pernah menjadi Wakil Perdana Mentrinya Najib Tun Abdul Rajak.
Kedua orang tersebut
sudah mendeklarasikan partai baru yang bernama Pribumi untuk ikut bersaing
dipemilihan nanti yang akan segera dilaksanakan. Mereka bergabung dengan
partai-partai lawan pemerintah yang lainya dan membentuk Pakatan Rakyat untuk
menjadi lawanya Barisan Nasional. Banyak orang-orang yang berkata “ Kalau Najib sudah diujung tanduk,tinggal
menunggu saatnya saja “ . Jadi mampukah Najib mempertahankan kursinya
nanti?....
No comments:
Post a Comment