Berbagi Berita dan Cerita Dari Sumber Terpercaya

Wednesday, 22 May 2013

Penulis " Pereda " Keadaan

   Penulis tidak boleh terikut-ikut dengan arus emosi masyarakat yang tidak kritis dan rasional sehingga melahirkan sikap berpolitik yang berlebihan dan tidak berkesudahan. Sebaliknya perlu keluar daripada kepompong kepentingan politik partisan dan melihat isu secara kritis dan rasional. Penulis perlu membimbing dan menetuai masyarakat untuk keluar daripada kepompong yang tidak kritis dan emosional.
   Sekarang,masyarakat seakan-akan tidak boleh berpikir secara rasional dan kritis,sebaliknya lebih banyak mengikut emosi dan mengambil sikap politik partisan yang berlebihan. Keadaan ini menyebabkan mereka tidak boleh berdiri diatas politik atau keluar daripada kepentingan politik partisan dan berpihak.

     Tugas Penulis

   Sukar untuk penulis memainkan peranan dalam masyarakat yang tidak melihat kewujudan penulis,tetapi tanggung jawab itu perlu dilaksanakan ekoran masyarakat tidak mampu berpikir secara kritis untuk menjadi demokrat dalam arti kata sebenar. Penulis perlu meletakan diri diatas politik partisan dengan mengambil sikap membimbing dan mengetuai masyarakat untuk keluar daripada kepompong Quo vadis. Quo vadis ialah sikap tidak kritis dan bersifat emosional serta tidak melihat secara rasional sehingga memerlukan penulis membawa masyarakat keluar daripada kepompong itu.
   Justru,penulis memang perlu menulis hal kritis,tetapi berpihak kepada pegangan yang rasional sekaligus melihat setiap isu dengan harmoni dan rasional karena sikap sedemikian mewujudkan golongan ketiga dalam masyarakat yang selama ini hanya melihat sesuatu sama ada baik atau jahat maupun hitam atau putih. Penulis perlu membentuk ruang ketiga yang mewujudkan sikap untuk melihat sesuatu isu dengan kritis dan rasional secara lebih tenang,sekaligus tidak melakukan sebarang propaganda atau menghasut dengan niat

   Bagi seorang penulis,supaya lebih banyak membaca dan menghasilkan karya dengan kekuatan pemikiran serta tidak terbawa-bawa dengan tulisan yang emosional sehingga tidak masuk pikiran. Penulis perlu menjadi fikrah masyarakat bagi mengimbangi pergolakan khususnya dalam apa juga kemelut negara termasuk politik. Tidak kira apakah sikap pencerahan yang mau diutus dalam tulisan dan mengambil sikap memihak sebenarnya tidak salah,tetapi perlu membawa kepada suasana positif. Dengan cara ini pembaca digalakan untuk berpikir dan melakukan munasabah diri,bukanya menyalakan api yang lebih membakar.

     Kejujuran itu subjektif

   Mengenai alasan pengarang menghasilkan karya yang emosional karena merekam secara jujur,menganggap kejujuran sebagai isu subjektif yang sukar diukur dalam fikrah penulis berbanding sikap emosional yang nyata dan mudah dikesan dalam penulisan. Pengarang yang emosional melepaskan peluang keemasan untuk dirinya,iaitu membawa perubahan positif dalam masyarakat atau melakukan sesuatu yang memberikan kesan kepada negara. Ukuran bagi seorang pengarang yang baik bukan hanya pada bakat,bahkan etika penulisan dan secara jujur,saya tidak menganut apa juga fahaman moral penulisan yang terlalu mengikat,tetapi kebebasan perlu ada landasan,bukan terapung-apung dibuai sentimen berbentuk populis.

   Justru pengarang agar mencapai katarsis jiwa,sebelum menulis supaya mereka bisa membebaskan diri daripada 'keinginan menulis untuk mengemis perhatian' semata-mata. Dalam konteks kemelut dan polemik yang tidak berkesudahan,saya menyerahkan keputusan kepada pengarang untuk mengambil tindakan sewajarnya karena mereka penggarap idea dan bukan penurut kata. Bagaimanapun paling penting,pengarang perlu buat munasabah diri dan tanyakan hati sendiri,adakah saya mau mencantumkan carik atau membiarkan ia semakin terbelah.

No comments:

Adbox